Berbalas Pantun
Anak ayam turun sepuluh,
mati satu tinggal sembilan.
Belajarlah sungguh-sungguh,
agar
kamu tidak ketinggalan
Naik
becak ke pasar kembang,
makan
nasi berlauk tahu
Jangan
dulu bersenang-senang
gunakan
waktu menuntut ilmu
Berbalas
Pantun Berpasangan dan Berkelanjutan
Berbalas pantun akan
mengasyikkan jika dilakukan secara berpasangan dan
bersahut-sahutan.
Berbalas pantun dapat dilakukan seperti berbalas lagu Rasa
Sayange. Apakah kamu bisa?
Coba, nyanyikan lagu Rasa Sayange berikut!
Rasa sayange ... rasa
sayang sayange
Eeee lihat dari jauh
rasa sayang sayange
Kalau begini taruh
papan,
ke barat juga kan
condongnya.
Kalau begini untung
badan,
melarat juga
kesudahannya
|
Asam pauh dari seberang
tumbuhnya dekat tepi tebat.
Badan jauh di rantau orang,
sakit siapa akan mengobat
|
Buah
ara batang dibantun,
mari
dibantun dengan parang.
Hai
saudara dengarlah pantun,
pantun
tidak mengata orang
|
Mari
dibantun dengan parang,
berangan
besar di dalam padi.
Pantun
tidak mengata orang,
janganlah syak di dalam hati.
|
Beli
mangga ke pasar baru,
pulangnya
naik andong.
kalau
ingin punya sesuatu,
banyak-banyaklah
menabung.
|
Gelang
indah dari tembaga,
dihiasi
simpul temali.
Hilangkan
sedih hilangkan duka,
ayo,
kita gembira kembali.
|
Karung
beras isi jerami,
di
atas papan kayu cendana.
Sungguh
keras cobaan ini,
kepada
Tuhan kita berdoa.
|
Memasang
kincir di atas tenda,
kincir
berputar menari-nari.
Bencana
banjir datang melanda,
tiada
lain karena ulah sendiri.
|
Mencari
kayu di hutan jati,
dengan
gergaji berjumlah dua.
Kalaulah
kamu teman sejati,
mari
berbagi suka dan duka.
|
Bawa
barang di atas gerobak,
menjual
sayur di pagi hari.
Adik
tertawa terbahak-bahak,
melihat badut di televisi
|
Lincah
nian burung kenari,
terbangnya
tinggi menuju awan.
Lincah
nian dia menari,
lentik
jarinya sungguh menawan.
|
Bulu
merak warnanya biru,
indah
nian mengagumkan.
Anak-anak
memakai baju baru,
untuk pentas malam kesenian
|
Pergi ke pasar membeli
buku,
buku dibuka banyak
isinya.
Kalau duduk bertopang
dagu,
coba
terka apa namanya.
|
Elok rupanya pohon
belimbing,
tumbuh dekat pohon
mangga.
Elok rupanya berbini
sumbing,
walau marah tertawa jua
|
Permata jatuh ke
rumput,
jatuh ke rumput
bilang-bilang.
Dari mata sungguh pun
luput,
dari hati tidaklah
hilang.
|
Anak rusa di rumpun
salak,
patah taruknya ditimpa
genta.
Riuh kerbau
bergelak-gelak,
melihat beruk berkaca
mata.
|
Hari mendung tanda
akan hujan
Jangan lupa membawa
payung
Daripada uang untuk
jajan
Lebih
baik kita menabung
|
Nonton lenong di tepi
jalan
Hati-hati ada yang
mengintai Jangan lalai menyembah Tuhan
Bila
ingin merasakan damai
|
Meniup lalon hingga
besar
Diikat dengan sepotong
tali
Bila janji janganlah
ingkar
Sedapat mungkin kita
tepati
|
Panas-panas sayur
berkuah
Bubur ayam siap disaji
Jangan lupa bayar
sedekah
Agar harta menjadi
suci
|
Anak kecil duduk di
bangku
Tidak juga membawa
senjata
Akan kugapai
cita-citaku
Supaya jangan hidup
menderita
|
Laju perahu bila
dikayuh
Lebih berlaju ditiup
angin
Kepada guru kita patuh
Agar tercapai yang
diingin
|
Malam hari melihat
bintang
Bintang beralih
bintang waluku
Sungguh senang ibu
datang
Membawa sesuatu yang
kutunggu
|
Kalau ada sumur di
ladang
Boleh kita menumpang
mandi
Kalau ada umurku
panjang
Boleh
kita berjumpa lagi
|
Anak kecil duduk di
bangku
Tidak juga membawa
senjata
Akan kugapai
cita-citaku
Supaya jangan hidup
menderita
|
Laju perahu bila
dikayuh
Lebih berlaju ditiup
angin
Kepada guru kita patuh
Agar tercapai yang
diingin
|
Kalau ada jarum yang
patah
Jangan disimpan di
hati
Kalau ada kata yang
salah
Jangan disimpan di
hati
|
Lancip sudut tidaklah
siku
Persegi panjang bukan
segitiga
Kuucap rasa terima
kasihku
Pada
pahlawan tanpa tanda jasa
|
Malam hari melihat
bintang
Bintang beralih
bintang waluku
Sungguh senang ibu
datang
Membawa sesuatu yang
kutunggu
|
Malam hari melihat
bintang
Bintang beralih
bintang waluku
Sungguh senang ibu
datang
Membawa sesuatu yang
kutunggu
|
Kalau ada sumur di
ladang,
boleh kita menumpang
mandi
Kalau
ada umurku panjang,
boleh
kita berjumpa lagi
|
Si Amat mengaji tamat,
mengaji Quran di waktu fajar
Biar lambat asal
selamat,
tak kan lari gunung
dikejar
|
Kemumu di dalam semak,
jatuh melayang
selaranya.
Meski ilmu setinggi
tegak,
tidak sembahyang apa
gunanya
|
Ayam kandis asam
gelugur,
ketiganya asam
riang-riang.
Menangis mayat di
pintu kubur,
teringat badan tidak
sembahyang.
|
JALAN JALAN PERGI KE BALI
TIDAK LUPA MEMBELI KADO
JADI ANAK MALAS SEKALI
SUDAH BESAR MENJADI BODO
JALAN-JALAN BERLARI-LARI
SETELAH ITU MEMBELI BASO
KERJAKAN PR DI MALAM HARI
SETELAH ITU BARULAH BOBO
Komentar
Posting Komentar