Contoh Proposal PTK Bahasa
Contoh Proposal
PTK
JUDUL
PENELITIAN
PENINGKATAN
KETERAMPILAN MENULIS SISWA KELAS V SD MELALUI PENERAPAN STRATEGI PEMBELAJARAN
BERBASIS
MULTIPLE INTELLIGENCES
1. Latar Belakang Masalah
Kualitas
kehidupan bangsa sangat ditentukan oleh faktor pendidikan. Peran pendidikan sangat penting untuk menciptakan
kehidupan yang cerdas, damai, terbuka, dan demokratis. Oleh karena itu,
pembaruan pendidikan harus selalu dilakukan untuk meningkatkan kualitas
pendidikan nasional (Nurhadi dkk., 2004:1).
Dalam konteks pembaruan pendidikan, ada tiga isu utama yang perlu
disoroti, yaitu pembaruan kurikulum, peningkatan kualitas pembelajaran, dan
efektivitas metode pembelajaran. Kualitas pembelajaran harus ditingkatkan untuk
meningkatkan kualitas hasil pendidikan. Secara mikro, harus ditemukan strategi
atau pendekatan pembelajaran yang efektif di kelas yang lebih dapat
memberdayakan potensi siswa. Ketiga hal itulah yang saat ini menjadi fokus pembaruan
pendidikan di Indonesia. Berkenaan
dengan penerapan atau pemilihan strategi pembelajaran, sebagai seorang guru,
pertanyaan-pertanyaan berikut ini kiranya menarik untuk disimak (1) apakah Anda
mengenal dengan baik siswa Anda? (2) Apakah di kelas Anda ada siswa yang bisa
menciptakan seni visual yang indah? (3) Adakah yang mahir di bidang olahraga?
(4) Adakah yang mampu memainkan alat musik yang dapat menyentuh perasaan? (5)
Apakah Anda tergetar dengan ketelitian matematis siswa Anda? (6) Adakah di
kelas Anda siswa yang paling cerdas dan siswa yang sangat tidak cerdas? (7)
Adakah siswa Anda yang suka membaca cerita, menulis puisi, dan mengembangkan
bakat mereka dalam menulis? Pertanyaan-pertanyaan tersebut memang sulit untuk
terjawab karena setiap siswa memiliki keunikan, dan kecerdasan mereka
berkembang dalam bentuk yang berbeda-beda. Setiap siswa memang unik dan secara
individual menawarkan kontribusi yang berharga bagi kebudayaan manusia
(Campbell, Campbell, dan Dickinson, 2006:1). Sebagai seorang guru, kita diharapkan memiliki
pengetahuan yang memadai tentang siswa di kelas kita. Dengan demikian, tugas
seorang gurulah mengarahkan siswa ke arah perkembangan yang optimal.
Gardner
(1983) sebagai pencetus Theory of Multiple Intelligences menyatakan bahwa kecerdasan adalah bahasa-bahasa yang dibicarakan oleh
semua orang dan sebagian dipengaruhi oleh kebudayaan tempat seseorang
dilahirkan. Kecerdasan merupakan alat untuk belajar, menyelesaikan masalah, dan
menciptakan semua hal yang bisa digunakan manusia. Gardner (dalam Campbell,
Campbell, dan Dickinson, 2006:2-3)
mendeskripsikan tujuh kecerdasan manusia, yaitu: (1) kecerdasan linguistik (linguistic
Intelligences),
(2) kecerdasan logika-matematika (logical-mathematical intelegence), (3)
kecerdasan spasial (spatial Intelligences),
(4) kecerdasan kinestetik-tubuh (bodly-kinesthetic Intelligences),
(5) kecerdasan musik (musical Intelligences),
(6) kecerdasan interpersonal (interpersonal Intelligences),
dan (7) kecerdasan intrapersonal (intrapersonal Intelligences).
Pemahaman
seorang guru terhadap ketujuh jenis kecerdasan ini sangatlah penting. Dengan
pemahaman ini guru memiliki pengetahuan yang memadai tentang karakteristik
siswanya. Lebih lanjut tentunya guru akan dapat memperlakukan siswanya sebagaimana
seharusnya. Guru akan dapat lebih mengarahkan setiap siswa sesuai dengan bakat
kecerdasan yang dimilikinya. Seorang siswa yang lemah dalam bidang
matematika umpamanya, tidak akan selalu
berarti bahwa siswa yang bersangkutan juga lemah dalam bidang-bidang yang lain.
Di sinilah pentingnya seorang guru mengenal setiap siswanya dengan baik
sehingga dapat memberikan layanan pendidikan secara optimal.
Pengalaman
Bruce Campbell berikut ini dapat dijadikan teladan oleh para guru dalam
pembelajaran. Bruce Campbell telah menerapkan teori Gardner pada Sekolah Dasar
tingkat III/IV/V, dan kelas berbagai usia selama enam tahun. Model pembelajaran
ini melibatkan tujuh pusat pembelajaran, masing-masing melibatkan salah satu
kecerdasan. Para siswa menghabiskan sekitar dua pertiga hari sekolah mereka. Di
pagi hari dimulai dengan ceramah singkat dan diskusi tentang tema kelas yang
baru. Para siswa dibagi menjadi tujuh kelompok untuk memulai kegiatan mereka,
dengan menghabiskan sekitar 25 menit untuk setiap bidang kegiatannya. Hari yang
ketiga yang terakhir, mereka mengerjakan proyek mandiri atas pilihan mereka dan
membagi pekerjaan mereka dengan teman sekelas.
Sekali
lagi, penerapan ide-ide Gardner terhadap siswa-siswa Bruce tidak hanya
menghasilkan skor tes yang lebih tinggi, tetapi juga peningkatan area yang lain
di dalam kehidupan anak-anak. Selama setahun, Bruce melaksanakan proyek
penelitian (Action Research Project) dan bebagai upaya model kurikuler
ini telah didokumentasikan: para siswa menemukan area kekuatan mereka yang
berbeda dan dapat menerapkan bermacam kecerdasan dalam kegiatan kelas.
Permasalahan perilaku menjadi berkurang, konsep diri menjadi meningkat,
keterampilan bekerja sama dan kepemimpinan menjadi berkembang, dan yang
terpenting kecintaan anak-anak untuk belajar menjadi bertambah.
Pengalaman
Bruce tersebut akan diupayakan diterapkan dalam penelitian ini dalam bentuk action
research berkolaborasi dengan guru kelas V SDN 35 Kota Banda Aceh, tempat
penelitian ini akan dilaksanakan. Jenis multiple Intelligences yang akan
diterapkan adalah kecerdasan linguistik dalam bentuk verbal-linguistik.
Penerapan strategi pembelajaran multiple Intelligences yang berkenaan
dengan linguistic Intelligences ini diharapkan dapat meningkatkan hasil
pembelajaran bahasa Indonesia aspek keterampilan menulis pada siswa kelas V SDN
35 Kota Banda Aceh. Selain itu, dari hasil penelitian ini diharapkan juga dapat
terdata siswa-siswa yang memiliki bakat kecerdasan linguistik yang
selanjutnya dapat dibina dan diarahkan agar siswa yang bersangkutan dapat
mengembangkan bakatnya atau kecerdasannya secara maksimal. Dengan demikian,
pembelajaran yang berlangsung setiap hari di kelas bukanlah sebuah rutinitas,
melainkan sebuah tempat yang memberikan makna tersendiri bagi masa depan peserta
didik.
Dalam konteks tersebut, peran guru tidak dapat
diabaikan. Mampukah seorang guru melihat dan mencermati hal-hal yang demikian?
Diyakini semua guru memiliki kemampuan itu dengan catatan: mengajar bukanlah
penyelesaian sebuah tugas. Dalam kata mengajar mestinya terkandung
makna pembelajaran dan juga pendidikan. Artinya, tugas guru
adalah melaksanakan pembelajaran sekaligus melakukan kegiatan mendidik.
Sehubungan dengan profesi guru, menarik untuk
disimak pernyataan (Djoyonegoro dalam Mulyasa, 2006: 3) bahwa hanya 43% guru
pada berbagai jenjang pendidikan yang memenuhi kualifikasi sebagai guru yang
profesional. Artinya, sebagian besar guru (57%) tidak atau belum memenuhi
syarat, tidak kompeten, dan tidak profesional. Menyikapi pernyataan tersebut tidaklah
berlebihan jika dikatakan bahwa pendidikan kita masih jauh dari harapan dan
kebutuhan. Padahal dalam kapasitasnya yang sangat luas, pendidikan memiliki
peran dan berpengaruh positif terhadap segala bidang kehidupan dan perkembangan
manusia dengan berbagai aspek kepribadiannya.
Sejalan
dengan hal tersebut, pemerintah telah melakukan berbagai upaya sebagai
kebijakan dalam peningkatan kualitas pendidikan. Kebijakan dalam peningkatan
kualitas pendidikan dimulai dari peningkatan mutu pendidikan di Sekolah Dasar.
Dalam upaya pembinaan dan pengembangan pendidikan di Sekolah Dasar, pemerintah
telah mengembangkan suatu sistem pembinaan yang dikenal sebagai Sistem
Pembinaan Profesional (SPP). Sistem ini dilaksanakan dengan pendekatan gugus
sekolah sehingga beberapa sekolah yang lokasinya berdekatan dikelompokkan dalam
satu gugus (3 sampai dengan 8 sekolah). Satu sekolah ditunjuk sebagai sekolah
inti dan yang lainnya merupakan sekolah imbas. Pembinaan mutu pendidikan
tersebut dilaksanakan dengan menggunakan prinsip whole school development,
yang memandang sekolah sebagai suatu keutuhan. Pembinaan dan pengembangan
ditekankan pada semua aspek dan komponen yang menentukan mutu pendidikan di
sekolah.
Salah satu
komponen yang sangat menentukan dalam peningkatan mutu pendidikan adalah
komponen guru dengan segala kinerjanya.
Guru memegang peranan penting dalam suatu proses pembelajaran termasuk
dalam perencanaan maupun pelaksanaan kurikulum (Syaodih dalam Mulyasa, 2006).
Proses pembelajaran sebagai suatu aktivitas untuk meningkatkan pengetahuan,
keterampilan, dan sikap siswa berkaitan langsung dengan aktivitas guru. Sebagai
suatu sistem kegiatan, proses pembelajaran melibatkan guru mulai dari pemilihan
dan pengurutan materi pembelajaran, penerapan dan penggunaan metode
pembelajaran, penyampaian materi pembelajaran, pembimbingan belajar, sampai
pada kegiatan pengevaluasian hasil belajar. Berkaitan dengan peran tersebut,
suatu proses pembelajaran akan berlangsung secara baik jika dilaksanakan oleh
guru yang memiliki kualitas kompetensi
akademik dan profesional yang memadai. Oleh karena itu, peningkatan mutu
pendidikan diupayakan melalui peningkatan mutu guru. Selengkap apa pun
prasarana dan sarana pendidikan, tanpa didukung oleh mutu guru yang memadai,
prasarana dan sarana tersebut tidak memiliki arti yang signifikan terhadap
peningkatan mutu pendidikan di suatu sekolah.
Terdapat
berbagai macam alternatif strategi pembelajaran yang dapat diterapkan oleh guru
dalam pembelajaran untuk meningkatkan mutu pembelajaran. Strategi-strategi yang
dimaksud antara lain: aktive learning, cooperative learning, problem
solving, direct instruction, small group work, problem based instruction,
discovery, dan yang dapat dipandang sebagai salah satu strategi
pembelajaran mutakhir adalah strategi pembelajaran yang ditawarkan oleh
Gardner, yaitu multiple Intelligences. Strategi pembelajaran yang
disebut terakhir inilah yang akan diterapkan dalam penelitian ini khususnya
untuk meningkatkan kemampuan berbahasa, aspek menulis, pada siswa Sekolah
Dasar.
2.
Rumusan Masalah
Masalah
penelitian ini dapat dirumuskan sebagai berikut.
1)
Bagaimanakah pelaksanaan pembelajaran bahasa Indonesia
aspek keterampilan menulis yang diterapkan oleh guru kelas V SD Negeri 35 Kota
Banda Aceh?
2)
Bagaimanakah gambaran awal kemampuan menulis siswa kelas
V SD Negeri 35 Kota Banda Aceh?
3)
Bagaimanakah proses pembelajaran menulis dengan penerapan
strategi multiple Intelligences: linguistic Intelligences pada siswa
kelas V SD Negeri 35 Kota Banda Aceh?
4)
Bagaimanakah hasil pembelajaran menulis dengan penerapan
strategi multiple Intelligences: linguistic Intelligences pada siswa
kelas V SD Negeri 35 Kota Banda Aceh?
5)
Berapa persenkah siswa kelas V SD Negeri 35 Kota Banda
Aceh yang memiliki bakat linguistic Intelligences?
3.
Tujuan Penelitian
Sejalan
dengan rumusan masalah tersebut, tujuan penelitian ini adalah sebagai berikut.
1)
Mendeskripsikan pelaksanaan pembelajaran bahasa Indonesia
aspek keterampilan menulis yang
diterapkan oleh guru kelas V SD Negeri 35 Kota Banda Aceh.
2)
Mendeskripsikan gambaran awal kemampuan menulis siswa
kelas V SD Negeri 35 Kota Banda Aceh.
3)
Menerapkan strategi multiple Intelligences: linguistic
Intelligences dalam pembelajaran menulis pada siswa kelas V SD Negeri 35
Kota Banda Aceh.
4)
Mendeskripsikan hasil pembelajaran menulis dengan
penerapan strategi multiple Intelligences: linguistic Intelligences
pada siswa kelas V SD Negeri 35 Kota Banda Aceh.
5)
Mendapatkan data jumlah siswa kelas V SD Negeri 35 Kota
Banda Aceh yang memiliki bakat linguistic Intelligences.
4. TINJAUAN PUSTAKA
4.1Konsep
Multiple Intelligencess
Multiple Intelligencess
mengacu pada sebuah teori kecerdasan yang dikembangkan pertengahan tahun
1980-an oleh Howard Gardner, seorang profesor dalam bidang pendidikan di
Universitas Harvard. Setiap orang memiliki kesemua kecerdasan ini dengan
proposi yang berbeda-beda.
Gardner
pada awalnya menemukan tujuh macam kecerdasan.
1)
bahasa
2)
logika/matematika
3)
musik/irama
4)
visual/ruang
5)
fisik/gerak
6)
hubungan antarmanusia
7)
hubungan dengan diri sendiri
Guru yang
menggunakan teori multiple intellegences akan berusaha keras
untuk menyajikan pelajaran dengan berbagai macam cara, seperti menggunakan
bahasa, angka-angka, objek fisik yang ada di sekeliling, bunyi, badan dan juga
keterampilan sosial.
1.
Tujuh Kecedasan Manusia menurut Multiple Intellegences
1)
Kecerdasan Bahasa (Verbal/Linguistic Intelligences)
Kemampuan
untuk menggunakan kata-kata atau bahasa. Pembelajar seperti ini memiliki
kemampuan mendengarkan (auditory) yang sudah berkembang dengan baik dan
biasanya merupakan pembicara yang baik. Mereka berpikir dengan kata-kata dan
bukan dengan gambar.
Keterampilan
mereka termasuk: menyimak, berbicara, menulis, bercerita, menjelaskan,
mengajar, menggunakan humor, memahami struktur kalimat dan makna kata, mengigat
informasi, meyakinkan seseorang tentang sudut pandang mereka, menganalisa
bahasa dari segi penggunaannya.
Pilihan karir yang memungkinkan: pujanga, wartawan,
penulis, guru, ahli hukum, politikus, dan penerjemah.
2) Kecerdasan Logika/Matematika (Logical/mathematical Intelligences)
Kemampuan
untuk menggunakan alasan, logika, dan angka-angka. Pembelajar tipe ini berpikir
secara konseptual dalam pola logika dan angka-angka, membuat kaitan antara
potongan-potongan informasi. Selalu ingin tahu tentang dunia di sekeliling
mereka, pembelajar seperti ini banyak bertanya dan senang melakukan eksperimen.
Keterampilan
mereka adalah: memecahkan masalah, mengklasifikasikan sesuatu dan
mengelompokkan informasi, bekerja dengan konsep abstrak untuk mengetahui
hubungan yang ada antara satu dengan lainnya, behubungan dengan serangkaian
alasan untuk membuat analisa yang logis, melakukan eksperimen terkontrol,
mempertanyakan kejadian-kejadian alam, mengerjakan perhitungan matematika yang
rumit, serta bekerja dengan bentuk-bentuk geometris. Kemungkinan pilihan karir:
ilmuan, insinyur, pembuat program komputer, peneliti, akuntan, dan geometris.
3)
Kecerdasan Musik/ Irama (Musical/ Rhythmic Intelligence)
Kemampuan
untuk memainkan, mengapresiasi, dan menghasilkan. Pembelajar yang memiliki kecenderungan
musik ini berpikir dalam bunyi-bunyi, irama, dan pola-pola. Mereka dengan
segera merespon musik, apakah mengapresiasi atau mengkritik apa yang mereka
dengar. Banyak di antara pembelajar tipe ini sensitif terhadap bunyi-bunyi di
lingkungan sekitarnya (misalkan bunyi jangkrik, bel, atau air menetes dari
kran. Kemampuan mereka termasuk: bernyanyi, bersiul, bermain alat musik,
mengenali pola nada, membuat komposisi musik, mengingat melodi, memahami
struktur, dan ritme musik. Jalur karir yang mungkin: musisi, disc jockey,
penyanyi, kompesor.
4)
Kecerdasan Visual/Ruang (Visual/Spatial
Intelligence)
Untuk
memperhatikan apa yang terlihat, pembelajar seperti ini cenderung berpikir
dalam gambar dan menciptakan bayangan yang jelas untuk menyimpan informasi.
Mereka suka melihat peta, bagan, gambar, video, dan film.
Keterampilan mereka adalah: mengaitkan potongan-potongan
gambar, membaca, menulis, memahami tabel dan grafik, menentukan arah, membuat
sketsa, melukis, menciptakan metafora visual, dan analogi (mungkin dengan
tampilan gambar), memanipulasi bayangan, memperbaiki sesuatu, merancang barang
yang praktis, dan menafsirkan gambar. Pilihan karir yang memungkinkan:
navigator, pemahat, seniman(visual), penemu, arsitek, desainer interior,
mekanik, insinyur.
5)
Kecerdasan Fisik/Gerak (Bodily/Kinesthetic
Intelligence)
Kemampuan
untuk mengatur gerak tubuh dan menangani benda-benda dengan ahli. Pembelajar
seperti ini mengekspresikan dirinya melalui gerakan. Mereka memiliki kemampuan
alami dalam hal keseimbangan serta koordinasi mata dan tangan (misalkan,
menyeimbangkan palang-palang). Dengan berinteraksi dengan ruang di sekitar
mereka dan melakukan sesuatu kegiatan, mereka mampu mengingat dan memproses
informasi.
Keterampilan
mereka termasuk: menari, koordinasi fisik, olahraga, eksperimen praktis,
menggunakan bahasa tubuh, kerajinan tangan, akting, berpantonim, menggunakan
tangan untuk menciptakan emosi ke seluruh tubuh. Pilihan karir yang
memungkinkan: Atlet, guru olahraga, penari, pemain film, petugas pemadam kebakaran,
pekerja seni.
6) Kecerdasan Hubungan Antar manusia (Interpersonal Intelligence)
Pembelajar
seperti ini berusaha untuk melihat segala sesuatunya dari sudut pandang orang
lain agar ia bisa memahami bagaimana mereka berpikir dan merasakan. Mereka terkadang
memiliki kemampuan yang sulit untuk dijelaskan misalkan kemampuan untuk
merasakan perasaan, maksud, dan motivasi. Mereka merupakan seorang yang mampu
mengorganisir dengan baik, meskipun terkadang mereka menggunakan manipulasi.
Pada umumnya mereka berusaha untuk mempertahankan kedamaian dalam setting
kelompok dan mendorong pertanian. Mereka menggunakan bahasa baik verbal
(misalkan berbicara) maupun nonverbal (misalkan kontak mata, bahasa tubuh)
untuk membuka kesempatan komunikasi dengan baik.
Keterampilan
mereka adalah: melihat segala sesuatu dari perspektif lain, menyimak,
menggunakan empati, memahami perasaan orang lain, memberikan bimbingan, bekerja
sama dengan kelompok, memperhatikan perasaan orang-orang, motivasi dan maksud,
berkomunikasi baik secara verbal maupun nonverbal, membangun kepercayaan,
mengatasi konflik secara damai, mengembangkan hubungan positif dengan orang
lain. Pilihan karir yang memungkinkan: penasehat, penjual, politikus, pebisnis.
7)
Kecerdasan Hubungan Antarmanusia (Interpersonal
Intelligence)
Kemampuan
untuk melakukan refleksi atas diri sendiri dan menyadari keadaan dalam diri
sendiri. Pembelajar seperti ini berusaha untuk memahami perasaan dalam diri
mereka dan dalam hubungan dengan lainnya, dan kekuatannya dan kelemahannya.
Keterampilan
mereka adalah: mengenali kekuatan dan kelemahan diri mereka sendiri,
merefleksikan dan menganalisa diri mereka sendiri, kesadaran atas perasaan
dalam mereka, mengevaluasi pola pikir, memberikan penjelasan bagi diri mereka
sendiri serta memahami peran mereka dalam kaitannya dengan orang lain. Pilihan
karir yang memungkinkan: peneliti, penemu teori, filsuf.
Sifat-sifat
Intelegensi Verbal Linguistik
Di awal
sejarah Negara (Amerika Serikat), di sekolah-sekolah Massachusetts Bay Colony,
membaca dan menulis meliputi dua pertiga kurikulum. Dewasa ini kurikulum telah
berkembang pesat. Akan tetapi, membaca dan menulis, sejalan dengan menyimak dan
berbicara, tetap merupakan alat yang esensial dalam mempelajari semua
pelajaran.
Hasil-hasil
penelitian yang dilakukan oleh para pelopor pendidikan: Lev Vygotsky, Susanne
Langer, James Brimon, dan James Moffet (dalam Campbell, Campbell, dan
Dickinson, 2006:12) terdata karakteristik-karakteristik kecerdasan verbal
linguistik sebagai berikut.
1)
Mendengar dan merespon setiap suara, ritme, warna, dan
berbagai ungkapan kata.
2)
Menirukan suara, bahasa, membaca, dan menulis dari orang
lain.
3)
Belajar melalui menyimak, membaca, menulis, dan diskusi.
4)
Menyimak secara efektif, memahami, menguraikan,
menafsirkan, dan mengingat apa yang diucapkan.
5)
Membaca secara efektif, memahami, meringkas, menafsirkan
atau menerangkan, dan mengingat apa yang telah dibaca.
6)
Berbicara secara efektif kepada berbagai pendengar,
berbagai tujuan, dan mengetahui cara berbicara secara sederhana, fasih, persuasif,
atau bergairah pada waktu-waktu yang tepat.
7)
Menulis secara efektif, memahami, dan menerapkan
aturan-aturan tata bahasa, ejaan tanda baca, dan menggunakan kosakata yang
efektif.
8)
Memperlihatkan kemampuan untuk mempelajari bahasa
lainnya.
9)
Menggunakan keterampilan menyimak, berbicara, menulis,
dan membaca untuk mengingat, berkomunikasi, berdiskusi, menjelaskan,
mempengaruhi, mencipta- kan pengetahuan, menyusun makna, dan menggambarkan
bahasa itu sendiri.
10) Berusaha
untuk mengingatkan pemakaian bahasanya sendiri.
11) Menunjukkan
minat dalam jurnalisme, puisi, bercerita, debat, berbicara, menulis atau
menyunting.
12) Menciptakan
bentuk-bentuk bahasa baru atau karya tulis orisinil atau komunikasi oral.
4.3
Peningkatan Keterampilan Menulis Melalui Strategi Multiple Intelligences
Keterampilan menulis pada dasarnya tidak terlepas dari
tiga keterampilan berbahasa lainnya, yaitu menyimak, berbicara, dan membaca
(Edelsky, 1991; Froese, 1990; Goodman, 1986; Weafer, 1992, dalam Santosa,
2004). Menulis didorong oleh kegiatan berbicara, membaca, dan menyimak. Menulis
membawa ide-ide dari seseorang dengan tujuan dan makna yang berbeda. Siswa
melalui bermacam kegiatan menulis, dapat mengembangkan perasaan audiens dan
merasakan kegiatan menulis sebagai tindakan yang relevan yang terjadi di antara
diri sendiri, orang lain, dan masyarakat.
Britton
(1970) menyarankan para guru tentang pembelajaran menulis sebagai berikut.
1)
Menulis secara mekanis
2)
Menulis untuk informasi
3)
Menulis untuk keperluan personal
4)
Menulis untuk pengembangan imajinasi
Keempat
model pembelajaran menulis sebagaimana disebutkan tersebut memberi peranan
besar untuk melatih dan mengembangkan kecerdasan verbal-linguistik.Di samping
itu, untuk meningkatkan kecerdasan verbal-linguistik dalam mengungkapkan
gagasan secara tertulis, terdapat tiga model lain yang juga disarankan untuk
diterapkan oleh para guru dalam pembelajaran bahasa aspek keterampilan menulis
di kelas, yaitu:
1)
Menuliskan dengan memanfaatkan musik/lagu.
2)
Menulis berdasarkan potret lingkungan.
3)
Menulis berdasarkan cerita rakyat yang didengar.
5.
Manfaat Penelitian
Hasil
penelitian ini diharapkan memiliki kontribusi sebagai berikut.
1)
Bagi guru, penelitian ini diharapkan
memiliki kontribusi sebagai salah satu alternatif pemilihan model atau strategi
pembelajaran yang dapat diterapkan dalam pelaksanaan kegiatan belajar-mengajar
di kelas. Di samping itu, penelitian ini juga diharapkan dapat terdata
siswa-siswa yang memiliki bakat kecerdasan linguistik yang selanjutnya dapat
dibina dan diarahkan agar siswa yang bersangkutan dapat mengembangkan bakatnya
atau kecerdasannya secara maksimal.
2)
Bagi siswa, peningkatan keterampilan
menulis melalui penerapan strategi pembelajaran multiple Intelligencess
diharapkan dapat memberikan motivasi kepada siswa untuk lebih mengembangkan
kecerdasannya. Di samping itu, penelitian ini juga diharapkan dapat menciptakan
konsep kerja sama dan menumbuhkan kecintaan siswa untuk belajar.
3)
Bagi LPTK, sebagai lembaga yang
mendidik calon guru, baik calon guru Sekolah Dasar maupun calon guru sekolah
menengah atau sekolah lanjutan, hasil penelitian ini dapat menjadi salah satu
alternatif model pembelajaran dalam pembekalan mahasiswa yang memprogramkan
Matakuliah Pengajaran Mikro karena model pembelajaran multiple Intelligencess
merupakan salah satu model pembelajaran yang sangat efektif untuk
diterapkan di sekolah. Selain itu, hasil penelitian ini diharapkan juga dapat
menjadi salah satu referensi Matakuliah Strategi Belajar-Mengajar.
6.
Metode Penelitian
1)
Pendekatan Penelitian
Penelitian
ini dapat digolongkan sebagai penelitian tindakan kelas (action research).
Penelitian Tindakan Kelas (PTK) yang dalam bahasa Inggris dikenal sebagai Classroom
Action Research (CAR), yaitu sebuah penelitian yang dilakukan di
kelas. Kelas, dalam hal ini tidak
terikat pada ruang kelas, tetapi dalam pengertian yang lebih spesifik. Kelas
adalah sekelompok peserta didik yang sedang belajar.
PTK
dilakukan dengan tujuan memperbaiki mutu praktik pembelajaran di kelas. PTK
berfokus pada kelas atau pada proses belajar-mengajar yang terjadi di kelas,
dan bukan pada input kelas (silabus, materi, dll.) ataupun output (hasil
belajar). PTK harus tertuju atau mengenai hal-hal yang terjadi di dalam kelas
(Depdiknas Dirjen PMPTK, 2007). Hasil
penelitian tidak dimaksudkan untuk digeneralisasikan. Oleh karena itu,
penelitian ini tergolong sebagai penelitian kualitatif. Secara kualitatif dapat
dijelaskan bahwa penelitian ini (1) dilakukan pada setting alamiah, yaitu
lingkungan kelas, (2) data penelitian lebih bersifat deskriptif dan data yang
akan terkumpul berbentuk kata-kata sehingga tidak menekankan pada angka, (3)
lebih mengarah pada proses daripada hasil, (4) analisis data dilakukan secara
induktif, (5) peneliti merupakan instrumen kunci, dan (6) lebih menekankan pada
makna (Sugiyono, 2005:10)
2)
Tempat Penelitian
Penelitian
ini akan dilaksanakan di SD Negeri 35 Kota Banda Aceh. Pemilihan SD Negeri 35
sebagai tempat penelitian ini didasarkan atas pertimbangan bahwa SDN 35 merupakan salah satu SD inti. SD
inti merupakan merupakan SD yang sudah mendapat pengakuan dari Depdiknas
setempat sebagai SD yang dinilai baik dalam penyelenggaraan pendidikan dan
pengajaran, memiliki guru-guru yang berkompeten, administrasi yang teratur, dan
fasilitas belajar-mengajar yang lengkap. Sekolah inti juga merupakan sekolah
percontohan atau sekolah imbas bagi sekolah-sekolah lainnya.
3) Data dan Sumber Data
Data
penelitian ini adalah berupa perangkat pelaksanaan pembelajaran, konteks
pembelajaran yang melibatkan guru dan siswa, fenomena kelas yang teramati dalam
konteks pembelajaran, model-model pembelajaran menulis dengan strategi
pembelajaran berbasis multiple Intelligencess
yang diterapkan, dan hasil pembelajaran menulis baik sebelum penerapan
strategi pembelajaran berbasis multiples Intelligencess
maupun setelah penerapan model pembelajaran kooperatif.
Mengingat
penelitian ini dilakukan secara kolaboratif, sumber data penelitian ini adalah
peneliti, guru, dan siswa kelas V SDN 35 Kota Banda Aceh dalam konteks
pembelajaran bahasa Indonesia di kelas. Di sisi lain, peneliti juga merupakan
instrumen kunci (key instrument)
dalam penelitian ini.
4) Teknik Pengumpulan Data
Pengumpulan
data penelitian ini direncanakan dilaksanakan dalam dua siklus.
Secara garis besar terdapat empat tahapan yang lazim
dilalui pada setiap siklus, yaitu (1) perencanaan, (2) pelaksanaan, (3)
pengamatan, dan (4) refleksi. Kegiatan pengumpulan data pada setiap siklus
dapat digambarkan sebagai berikut.
(1) Siklus I
a) Perencanaan
a.
Penyusunan Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP) secara
kolaboratif antara peneliti dan guru kelas V SDN 35 Kota Banda Aceh.
b.
Penyusunan instrumen tes awal.
c.
Penyiapan media pembelajaran, LKS, dan instrumen
pendukung lainnya untuk penerapan pembelajaran menulis dengan menggunakan
musik/lagu sebagai media rangsangan untuk menulis.
d.
Kegiatan pembelajaran pada siklus ini meliputi:
mendengarkan musik/lagu melalui tape recorder kemudian siswa diminta
mendata kosakata pada setiap bait lagu untuk dibuat sinonim kata, antonim kata,
dan menuliskan bagian lirik yang paling berkesan dalam lagu yang
diperdengarkan.
b) Pelaksanaan
Tahap
pelaksanaan dapat dikatakan tidak dapat dipisahkan dengan tahap pengamatan. Oleh karena itu, tahap
pelaksanaan dan tahap pengamatan dilakukan secara bersamaan. Kegiatan
penelitian pada tahap ini adalah sebagai berikut.
a. Melaksanakan
tes awal dalam bentuk memperlihatkan sebuah gambar sebagai stimulus dan meminta
setiap siswa menulis berdasarkan gambar yang diperlihatkan tersebut. Tes ini
lebih dimaksudkan sebagai upaya pengenalan kemampuan siswa dalam menulis.
b. Memperdengarkan
lagu melalui tape recorder kemudian meminta setiap siswa menuliskan
kosakata-kosakata yang mereka ingat dari setiap bait lagu. Langkah berikutnya adalah menuliskan
sinonim kata dan antonim kata dari lagu setiap kosakata yang mereka data
melalui lagu.
c. Setelah
kegiatan menulis sinonim dan antonim kata selesai, kegiatan berikutnya adalah
meminta setiap siswa menuliskan bagian dari bait lagu yang memberikan kesan
mendalam baginya disertai dengan alasan-alasan yang logis.
d. Setiap
data dalam proses kegiatan ini dicatat secara cermat dan didokumentasikan
secara khusus sebagai bagian dari kegiatan pengamatan.
c)
Refleksi
Refleksi dalam konteks PTK tidak
lain adalah evaluasi. Setelah kegiatan pelaksanaan Jadi, satu siklus adalah
dari tahap penyusunan rancangan sampai dengan refleksi, yang tidak lain adalah
evaluasi. Setelah kegiatan pelaksanaan dan pengamatan selesai, langkah
berikutnya adalah melakukan tinjauan ulang terhadap keberhasilan dan kegagalan
yang terjadi pada proses yang telah dilalui tersebut. Berdasarkan evaluasi atau
refleksi itulah peneliti bersama guru mitra menyusun rancangan penelitian untuk
siklus II. Rancangan penelitian pada siklus II sangat bergantung kepada data
atau hasil yang didapat pada siklus I.
(2) Siklus II
Rencana
pelaksanaan tindakan yang dipersiapkan untuk siklus II adalah memperdengarkan
cerita. Cerita yang dipilih adalah cerita yang dipandang dekat dengan
lingkungan anak, yaitu salah satu cerita yang bertemakan ketidakjujuran dalam
bekerja dan memberi efek tidak baik terhadap diri sendiri. Dengan mengikuti
petunjuk LKS, siswa diminta menuliskan tema, penokohan, alur cerita, dan
amanat. Bentuk tulisan yang diharapkan dihasilkan oleh siswa adalah tulisan
yang dijalin dalam bentuk paragraf naratif. Siswa diminta berimajinasi menulis
ulang cerita dengan mengemukakan tema cerita, penokohan, alur cerita, dan
amanat cerita. Pada siklus ini juga diterapkan model menulis terbimbing. Namun,
rencana pelaksanaan tindakan pada siklus II ini sangat bergantung kepada hasil
refleksi siklus I. Jadi, bentuk
penelitian tindakan tidak pernah merupakan kegiatan tunggal, tetapi selalu
harus berupa rangkaian kegiatan yang akan kembali ke asal, yaitu dalam bentuk
siklus.
5 ) Analisis Data
(1) Analisis Data
Kuantitatif
Data
penelitian ini terdiri atas data yang berbentuk angka-angka dan data yang berbentuk
deskripsi kata-kata. Data yang berbentuk angka yang diperoleh dari hasil tes (sesuai petunjuk LKS), diolah untuk mendapatkan
nilai rata-rata (mean).
Langkah-langkah
yang ditempuh dalam pengolahan data kuantitatif tersebut sebagaimana disarankan
oleh Sudijono (2005:51) adalah sebagai berikut.
1)
Menentukan range
2)
Menentukan jumlah kelas
3)
Menentukan lebar kelas
4)
Menyusun table distribusi frekuensi
5)
Menghitung nilai rata-rata dengan rumus:
Keterangan: x = skor
rata-rata yang dicari
Fx = hasil
perkalian antara F dan x
N = jumlah subjek
(2) Analisis Data Kualitatif
Terkait
dengan data kualitatif dapat dijelaskan
bahwa analisis data dilakukan dengan cara menata secara sistematis hasil
pengamatan dan tindakan di kelas sehingga diperoleh sebuah deskripsi data yang
utuh dan runtut. Analisis data kualitatif terdiri atas (a) analisis selama
pengumpulan data dan (b) analisis setelah masa pengumpulan data.
Analisis
data selama masa pengumpulan data dimaksudkan agar setiap temuan data tidak
mudah terlupakan dan seandainya terdapat hal-hal yang kurang jelas bisa
langsung dikonfirmasikan kembali dengan subjek penelitian. Selain itu, analisis
ketika proses pengumpulan data dapat menghindari kemungkinan penumpukan data.
Langkah-langkah analisis data pada masa pengumpulan data adalah sebagai
berikut.
1)
Merekam secara tertulis proses atau interaksi
pembelajaran yang berlangsung pada penerapan strategi menulis berbasis mulptiple
Intelligencess pada setiap siklus.
2)
Menganalisis tanggapan guru dan siswa terhadap strategi
pembelajaran yang diterapkan.
3)
Menganalisis semua tulisan siswa yang dihasilkan pada
setiap siklus.
4)
Membuat dokumen
portofolio.
5)
Melakukan triangulasi dengan narasumber, yaitu guru,
siswa, anggota tim peneliti, dan teman sejawat.
6)
Melakukan pemilahan data sesuai dengan strategi
pembelajaran yang diterapkan.
Analisis
data setelah masa pengumpulan data selesai mengikuti langkah-langkah berikut.
1)
Mempelajari kembali keseluruhan analisis yang dilakukan
pada masa pengumpulan data.
2)
Melakukan penambahan, pengembangan, dan
perbaikan-perbaikan terhadap analisis yang telah dilakukan sebelumnya.
3)
Menyusun simpulan sementara.
4)
Melakukan pengkajian ulang terhadap keseluruhan hasil
analisis dan triangulasi.
5)
Penarikan simpulan akhir.
DAFTAR PUSTAKA
Britton, J. 1970. Language and Learning.
Harmondsworth, England: Penguin.
BSNP. 2006. Standar Isi Kurikulum Tingkat Satuan
Pendidikan (KTSP). Jakarta: BSNP
Campbell, Linda. dkk. 2006. Metode Praktis
Pembelajaran Berbasis Multiple Intelligence. Depok : Intuisi Press.
Gardner, H. 1983. Frames of Mind: The Theory of
Multiple Intelligences. N.Y:
Basic Books.
Depdiknas. 2006. Standar Kompetensi dan Kompetensi
Dasar Mata Pelajaran Bahasa Indonesia. Jakarta: Depdiknas.
Dirjen PMPTK Depdiknas. 2002. Pedoman Penelitian Tindakan Kelas.
Jakarta: Depdiknas.
Mulyasa, E. 2006. Menjadi Guru Profesional Menciptakan
Pembelajaran Kreatif
dan
Menyenangkan. Bandung: Remaja Rosdakarya.
Moleong, Lexy J. 2004. Metodologi Penelitian
Kualitatif. Bandung: Remaja Rosdakarya.
Nurhadi. dkk. 2004. Pembelajaran Kontekstual
(Contextual Teaching and Learning/CTL) dan Penerapannya dalam KBK. Malang:
UNM 2004.
Sugiyono. 2005. Memahami Penelitian Kualitatif.
Bandung: CV Alfabeta.
Sudijono, Anas. 2005. Pengantar Statistik Pendidikan.
Jakarta: PT Raja Grafindo Persada.
good post ..
BalasHapusvisit me at http://pancalanmawut.blogspot.com
ok
BalasHapusyesss
BalasHapus