contoh laporan PTK Bahasa .Indonesia
LAPORAN PENELITIAN
PENINGKATAN KEMAMPUAN MENULIS SISWA DENGAN PENDEKATAN PEMBELAJARAN TERPADU DALAM
PEMBELAJARAN BAHASA INDONESIA
PROGRAM STUDI PENDIDIKAN GURU SEKOLAH DASAR
JURUSAN ILMU PENDIDIKAN
FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU
PENDIDIKAN
UNIVERSITAS ....................................
BAB I
PENDAHULUAN
A.
Latar
Belakang Masalah
Dalam kehidupan modern saat ini, penguasaan bahasa tulis
bagi seseorang mutlak diperlukan. Namun, dalam kenyataan pembelajaran menulis di
sekolah kurang begitu mendapatkan perhatian yang memadai. Akibatnya,
keterampilan menulis siswa kurang
memadai.
Ada
beberapa penyebab kekurangberhasilan pembelajaran menulis di Sekolah Dasar. Salah
satu penyebabnya ialah penyampaian materi yang masih menggunakan pendekatan
tidak terpadu. Keempat keterampilan berbahasa (keterampilan menulis, membaca,
menyimak, dan berbicara) ini berdiri sendiri-sendiri, bahkan dianggap sebagai
ilmu tersendiri.
Realisasi pembelajaran menulis secara terpadu terikat dua
hal, yaitu (1) keseluruhan proses pembelajaran berorientasi pada kebermaknaan
dan (2) pembelajaran berorientasi pada pembelajar. Pembelajaran dijadikan fokus
utama sebagai pelaku pembelajaran.
Pemikiran mengenai peningkatan kemampuan menulis siswa
dengan pendekatan pembelajaran terpadu dalam pembelajaran bahasa Indonesia
perlu dilakukan penelitian. Dengan demikian, peneliti akan mencoba untuk
menerapkan pendekatan pembelajaran terpadu untuk pembelajaran menulis dalam bidang
bahasa Indonesia pada siswa di SD kelas
tinggi.
B. Rumusan Masalah
Berdasarkan
latar belakang masalah tersebut, maka rumusan masalah yang dapat dikemukakan dalam
tulisan ini adalah
1. Apakah penggunaan (penerapan) pendekatan pembelajaran terpadu dapat meningkatkan
kemampuan menulis dalam pembelajaran bahasa Indonesia siswa SD kelas tinggi?
2.
Bagaimana
pelaksanaan pembelajaran bahasa Indonesia siswa SD kelas tinggi dapat berjalan
efektif sehingga kemampuan menulisnya meningkat?
3.
Seberapa
besar peningkatan kemampuan menulis siswa setelah diterapkan pendekatan terpadu
dalam pembelajaran bahasa Indonesia?
C. Tujuan Penelitian
Tujuan
penelitian ini dibedakan menjadi tujuan umum dan tujuan khusus. Adapun tujuan
penelitian umum dan khusus adalah sebagai berikut.
1. Tujuan Umum:
Tujuan umum penelitian ini adalah untuk
meningkatkan kemampuan menulis dalam pembelajaran bahasa Indonesia siswa SD kelas
tinggi melalui penerapan pendekatan
pembelajaran terpadu.
2. Tujuan Khusus:
Tujuan penelitian khusus ini adalah untuk:
- Mengetahui peningkatan kemampuan menulis dalam pembelajaran bahasa Indonesia melalui penerapan pendekatan pembelajaran terpadu pada siswa SD kelas tinggi.
- Mengetahui pelaksanaan pembelajaran bahasa Indonesia secara efektif melalui penerapan pendekatan pembelajaran terpadu dalam meningkatkan kemampuan menulis siswa SD kelas tinggi.
- Mengetahui seberapa besar peningkatan kemampuan menulis siswa SD kelas tinggi setelah diterapkan pendekatan terpadu dalam pembelajaran bahasa Indonesia
D. Manfaat Penelitian
1.
Manfaat Teoretis:
Secara teoretis
penelitian ini dapat dijadikan acuan pendapat untuk memperkuat teori yang sudah
ada. Misalnya teori tentang pendekatan terpadu dalam pembelajaran menulis.
2. Manfaat Praktis:
Secara praktis
hasil penelitian tindakan kelas ini akan bermanfaat untuk siswa, guru, dan
lembaga pendidikan yang terkait.
a. Bagi Siswa:
1)
Tumbuhnya
dorongan yang kuat pada diri siswa dalam proses pembelajaran menulis.
2)
Meningkatnya kemampuan siswa baik aspek kognitif maupun afektif
3)
Dapat
menerapkan kegiatan membaca dengan efektif dan efisien.
4)
Dapat
meningkatkan kemampuan siswa dalam menulis.
5)
Meningkatnya
keaktifan siswa dalam belajar khususnya dalam bidang menulis.
b. Bagi Guru:
1)
Diperolehnya
strategi pembelajaran yang tepat untuk materi bahasan menulis dalam
pembelajaran bahasa Indonesia.
2)
Menambah
keluasan dan kedalaman konsep menulis bagi guru bahasa Indonesia.
3)
Menambah
pemahaman tentang pelaksanaan penelitian tindakan kelas sehingga para guru
dapat meningkatkan pembelajaran untuk memecahkan segala permasalahan yang ada.
4)
Membantu
memperlancar proses pelaksanaan pembelajaran menulis dengan pendekatan
pembelajaran terpadu.
5)
Mendorong
guru untuk melaksanakan penelitian tindakan kelas yang lain untuk memperbaiki
kinerjanya.
c.
Bagi Lembaga Pendidikan yang terkait:
1)
Tumbuhnya
motivasi pengajar/guru dalam mengembangkan proses pembelajaran yang bermutu.
2)
Sebagai
masukan untuk melaksanakan perbaikan kebijakan dalam proses belajar mengajar.
3)
Sebagai
dokumen untuk pembinaan guru ke depan dalam memperbaiki proses belajar-mengajar
umumnya dan pembelajaran menulis pada khususnya.
4)
Tumbuhnya
iklim pembelajaran siswa yang aktif di SD.
5)
Meningkatnya
kemampuan menulis siswa dalam pembelajaran bahasa Indonesia.
BAB II
LANDASAN TEORETIS, KERANGKA
BERPIKIR, DAN
PENGAJUAN HIPOTESIS
A. Landasan Teoretis
1. Kemampuan Menulis
Menulis pada hakikatnya adalah melukiskan
lambang-lambang grafis yang menggambarkan suatu bahasa yang dipahami seseorang
untuk dibaca orang lain yang dapat memahami bahasa dan lambang-lambang grafis
itu (HG Tarigan, 1983:21).
Sebagai bentuk penuangan gagasan, jenis-jenis
tulisan berdasarkan tujuan yang disampaikan ada bermacam-macam. Keraf (1995:6-7) membagi jenis tulisan
menjadi lima yaitu (1) eksposisi, (2) argumentasi, (3) persuasi, (4) deskripsi,
dan (5) narasi. Selanjutnya dikemukakan bahwa persuasi merupakan varian dari
argumentasi.
Gorys Keraf (1984: 8-9) mengemukakan bahwa manfaat
menulis, yaitu untuk (1) mengenal diri sendiri, (2) lebih memahami orang lain,
(3) belajar mengamati dunia sekitar dengan cermat, dan (4) untuk mengembangkan
proses berpikir secara jelas dan teratur.
Dalam proses menulis sekurang-kurangnya mencakup
lima unsur, yaitu (1) isi karangan, (2) bentuk karangan, (3) tata bahasa,
(4) gaya, dan (5) ejaan dan tanda baca
(Harris, 1974:68).
Dari beberapa pendapat tersebut, dapat disimpulkan
bahwa proses menulis akademik, tahap-tahap menulis meliputi (1) tahap
prapenulisan, (2) tahap penulisan, dan (3) tahap perbaikan (revisi). Tulisan yang baik mempunyai ciri-ciri (1)
mudah, (2) berterima, (3) ekonomis, (4)
tepat, (5) langsung, (6) utuh, dan (7) gramatikal.
2. Penguasaan Struktur Bahasa dalam Menulis
Aspek penguasaan struktur bahasa (gramatikal)
merupakan salah satu dari bekal kemampuan menulis. Penguasaan terhadap struktur
bahasa berarti kemampuan untuk mengetahui struktur bahasa sesuai dengan kaidah
yang berlaku.
Dalam perkembangan sekarang, struktur bahasa
bahkan bukan hanya tata bunyi, tata bentuk, tata kalimat, dan tata makna,
melainkan sudah sampai kepada tata wacana.
2. Kaitan Teknik Penulisan
dengan Kemampuan Berbahasa dalam Menulis
Teknik penulisan (ilmiah) mempunyai dua aspek, yaitu (1) gaya penulisan (membuat
ilmiah) dan (2) teknik notasi dalam menyebutkan sumber dari pengetahuan yang
digunakan dalam penulisan. Komunikasi (ilmiah) harus jelas dan tepat yang
memungkinkan proses penyampaian pesan yang bersifat reproduktif dan impersonal.
Dalam penyusunan paragraf, penguasaan
kalimat oleh para pembelajar sangat penting karena kalimat merupakan pendukung
paragraf yang merupakan dasar pokok karangan. Karangan yang baik terdiri atas susunan kalimat
yang baik.
3. Penilaian Tulisan
Dalam menilai suatu tulisan, ada beberapa cara
yang digunakan. Madsen (1983:120) membagi cara penilaian karangan menjadi dua,
yaitu (1) cara analitik dan (2) cara holistik. Penilaian secara analitik dalam penelitian ini
dilakukan dengan melihat aspek-aspek yang ada dalam karangan. Penilaian
holistik dilakukan dengan cara melihat karangan secara menyeluruh dan dalam hal
ini yang dipentingkan sifat komunikasinya.
2. Pendekatan Pembelajaran Terpadu
a. Hakikat Pembelajaran Terpadu
Istilah terpadu oleh Nasution (1978: 10) dikaitkan
dengan kurikulum terpadu bahwa pembelajaran terpadu ialah pembelajaran yang
meniadakan batas-batas berbagai mata pelajaran dalam bentuk unit-unit atau
keseluruhan. Kebulatan bahan pelajaran diharapkan dapat membentuk pribadi
pembelajar yang terpadu, yaitu manusia yang sesuai dan selaras.
b. Pendekatan Terpadu dalam Pembejaran Bahasa
Pendekatan pembelajaran yang diterapkan dalam
pembelajaran berbahasa mempunyai tujuan agar siswa tuntas berbahasa. Semua
pendekatan yang dikonsepkan oleh para pakar bahasa bertujuan agar anak didik
segera terampil berbahasa dalam penggunaan bahan ajar tertentu (Pateda, 1991: 98).
Istilah pendekatan terpadu dikemukakan oleh
Oxford, et al. (1994: 257) bahwa
pendekatan terpadu adalah pengajaran keterampilan berbahasa pada membaca,
menulis, menyimak, dan berbicara yang satu berhubungan dengan yang lain, pada
waktu suatu pengajaran berisi aktivitas-aktivitas yang menghubungkan antara
menyimak dan berbicara serta menulis dan membaca dengan penekanan pada
kenyataan dan kebermaknaan komunikasi.
c. Model Pembelajaran Terpadu
Ditinjau dari cara memadukan konsep, keterampilan,
dan unit tematiknya terdapat beberapa cara merencanakan pembelajaran terpadu.
Forgaty (1991: 15) mengajukan beberapa model pembelajaran terpadu, antara lain
(1) connected, (2) nested, (3) webbed, dan (4) integrated.
Dalam pembelajaran menulis diupayakan pada
keterampilan berbahasa yang ditunjukkan untuk memahami isi, menggabungkan daya
pikir, dan menggabungkan keterampilan sosial.
d. Model Pembelajaran Terpadu dalam Keterampilan Berbahasa
Teori keterpaduan bahasa, menurut Pappas et al. (1995: 7) didasari oleh tiga
prinsip, yaitu (1) pembelajar yang aktif dan konstruktif, (2) bahasa yang
digunakan untuk mengungkapkan dan mengekspresikan tujuan kehidupan sosialnya
dalam bermacam-macam bahasa, dan (3) pengetahuan yang diorganisasi dan disusun
berdasarkan individu pembelajar melalui intraksi sosial.
Di dalam pembelajaran ini porsi menulis lebih
banyak dibandingkan dengan aspek keterampilan yang lain. Pola-pola pembelajaran
kemampuan menulis dapat bervariasi, antara lain sebagai berikut.
Menyimak – berdiskusi – menulis
Berdiskusi – menulis - membaca
Menulis – melaporkan – membaca
Membaca – menulis – berdiskusi.
B. Kerangka Berpikir
Penerapan pendekatan terpadu dalam meningkatkan kemampuan menulis dalam
pembelajaran bahasa Indonesia tersebut dapat dilihat pada skema seperti berikut
ini.
Gambar 1. Alur
berpikir kaitan penerapan pendekatan pembelajaran terpadu dengan pembelajaran
menulis
C. Hipotesis Tindakan
Berdasarkan landasan teorietis dan kerangka
berpikir yang dikemukakan pada uraian sebelumnya, hipotesis tindakan yang
diajukan adalah sebagai berikut.
1.
Penerapan
pendekatan pembelajaran terpadu dalam pembelajaran bahasa Indonesia dapat
meningkatkan kemampuan menulis siswa SD kelas tinggi
2.
Pelaksanaan
pembelajaran bahasa Indonesia secara efektif dengan menggunakan pendekatan
terpadu dapat meningkatkan kemampuan menulis siswa.
3.
Peningkatan
kemampuan menulis siswa SD kelas tinggi setelah diterapkan pendekatan terpadu
dalam pembelajaran bahasa Indonesia meningkat lebih baik.
BAB III
METODOLOGI PENELITIAN
A. Setting Penelitian
1. Tempat Penelitian
Tempat penelitian ini di SD.....kelas ......... Lingkungan sekolah ini
termasuk lingkungan pinggiran kota Sala. Namun demikian, masih berada di
lingkungan perkotaan.
2. Kondisi Lokasi
Kelas yang digunakan untuk mengadakan PTK adalah kelas ....... Ruang kelas
ini menghadap ke selatan dan depan kelas
tersebut terdapat halaman tempat upacara bendera. Ruang kelas ini cukup luas
dengan panjang 8 meter dan lebar 8 meter. Berlantai keramik warna putih.
Langit-langit terbuat dari asbes bercat putih dan dipasangi sebuah kipas angin
(besar) dan 8 buah lampu penerang (neon).
3. Waktu Penelitian
Penelitian tindakan kelas (PTK) ini dilaksanakan pada siswa kelas.... Dimulai
bulan .... hingga .... 2008 atau selama ...... bulan. Pada bulan-bulan tersebut
peneliti mulai aktif di lapangan. Secara rinci kegiatan penelitian tindakan
kelas ini disusun jadwal kegiatan seperti berikut ini.
Tabel 1. Jadwal Kegiatan Penelitian
No.
|
Kegiatan
|
Bulan 1
|
Bulan
2
|
Bulan 3
|
Bulan
4
|
Bulan 5
|
1
|
Persiapan/penyusunan proposal penelitian
|
xx
|
||||
2
|
Perizinan
|
x
|
||||
3
|
Observasi dan survai
|
x
|
||||
4
|
Penyusunan instrumen
|
x
|
||||
5
|
Pelaksanaan tindakan dengan siklus I dst.
|
x
|
x
|
x
|
||
6
|
Checking catatan lapangan
|
x
|
||||
7
|
Penusunan laporan
|
x
|
||||
8
|
Seminar hasil dan revisi
|
x
|
||||
9
|
Penggandaan dan pelaporan hasil penelitian
|
x
|
B. Subjek Penelitian
Subjek penelitian ini adalah semua siswa kelas ... SD kelas ..., dan guru
bahasa dan sastra Indonesia. Siswa kebanyakan berasal dari berbagai daerah.
Orang tua mereka kebanyakan bercocok tanam atau petani dan hanya sebagian kecil
sebagai PNS, berdagang atau berjualan, dan wiraswasta. Keadaan ini memungkinkan
mereka sangat bebas dan cara belajarnya kurang terkontrol sehingga siswa jarang
melakukan kegiatan menulis.
Kelas ini berbeda dengan angkatan/kelas lain, yakni siswanya cukup
antusias dalam pembelajaran. Namun, berdasarkan keterangan guru pengampu di
semester ini sebagian besar memiliki prestasi cukup dan kemampuan menulisnya
tergolong rendah.
C. Prosedur
Penelitian
Di dalam sub bab ini akan dipaparkan hal-hal yang menyangkut masalah
(1) metode penelitian, (2) siklus , dan (3) prosedur penelitian
1. Metode Penelitian
Penelitian ini menggunakan metode ”Classroom
Action Research” yang disingkat CAR atau penelitian tindakan kelas (PTK). Siklus
action research dalam penelitian
tindakan kelas ini dapat digambarkan
(divisualisasikan) sebagai berikut.
|
Gambar 2. Model Siklus
Penelitian Tindakan
2. Siklus Penelitian
Pelaksanaan penelitian tindakan kelas ini meliputi beberapa siklus.
Banyaknya siklus yang digunakan tergantung hasil refleksi dari siklus
sebelumnya yang berdaur ulang dan berkelanjutan dari siklus pertama ke siklus
berikutnya. Setiap siklus meliputi
kegiatan perrencanaan tindakan (planning),
implementasi tindakan (acting),
observasi (observing), dan refleksi (reflecting). Siap siklus dilakukan
dengan memberikan tindakan pelatihan dengan berbagai penguasaan bahasa yang
dikaitkan dengan karangan dan diakhiri dengan praktik menulis atau kegiatan
mengarang.
3. Prosedur Penelitian
Prosedur penelitian mencakup: (1) perencanaan tindakan yang akan digunakan,
(2) pelaksanaan tindakan, (3) observasi, dan (4) refleksi hasil tindakan yang
telah dilakukan.
Sumber data yang digunakan dalam penelitian ini adalah (a) peristiwa atau
kegiatan, yaitu proses kegiatan pembelajaran menulis dengan menggunakan
pendekatan pembelajaran terpadu, (b) pelaku peristiwa, yaitu informan atau nara
sumber dari guru bahasa dan sastra Indonesia, dan (c) dokumen berupa kurikulum
dan perangkat pembelajaran guru.
Teknik pengumpulan data dalam penelitian tindakan kelas ini dilakukan
dengan (1) pengamatan, (2) wawancara, dan (3) tes.
4. Analisis Data dan Refleksi
Teknik analisis data yang
digunakan di dalam penelitian ini adalah teknik analisis kritis dengan dengan
mendeskripsikan temuan data dan membandingkannya dengan indikator-indikator
kinerja yang sudah ditentukan. Adapun indikator kinerja yang ditentukan apabila
ada peningkatan jumlah siswa menguasai gramatika dalam penyusunan karangan (pada
kondisi awal) dan apabila ada peningkatan jumlah siswa yang mampu
mengorganisasikan isi karangan dengan menggunakan pendekatan terpadu dengan
baik pada akhir siklus.
BAB IV
HASIL PENELITIAN DAN
PEMBAHASAN
Uraian mengenai
hasil penelitian sebagai jawaban atas perumusan masalah dari bab I akan
disajikan di dalam bab IV ini. Namun, sebelum sajian hasil penelitian akan disampaikan terlebih dahulu
gambaran kondisi awal tentang kemampuan menulis siswa pada setting penelitian tindakan kelas. Oleh karena itu, pada bab ini
akan dikemukakan tentang (1) kondisi awal kemampuan menulis siswa; (2)
pelaksanaan tindakan kelas; (3) hasil penelitian; dan (4) pembahasan hasil
penelitian.
A. Kondisi Awal Kemampuan Menulis Siswa
B.
Sebelum tindakan
kelas dilaksanakan langkah yang ditempuh peneliti adalah mengetahui kondisi
awal kemampuan menulis siswa. Data ini diperoleh dari hasil wawancara dengan guru
bahasa Indonesia kelas ...., bahwa data kondisi awal siswa didapat dari dokumen
yang berupa nilai kemampuan menulis siswa (nilai ulangan/tugas) semester
sebelumnya.
Hasil uji coba
menulis siswa kelas A dapat dilihat pada
tabel berikut ini.
Tabel 1.
Hasil Uji Coba Kemampuan Menulis
No.
|
Skala Nilai
|
Jumlah Siswa
|
Persentase KM
|
1
|
0 - 50
|
4
|
10
|
2
|
51 - 60
|
27
|
67,5
|
3
|
61 - 70
|
8
|
20
|
4
|
71 - 80
|
1
|
2,5
|
5
|
81 - 100
|
0
|
0
|
Total
|
40
|
100
|
B.
Pelaksanaan Tindakan Kelas
Pelaksanaan
penelitian tindakan kelas ini meliputi beberapa siklus yang berdaur ulang dan
berkelanjutan dari siklus pertama ke siklus berikutnya. Setiap siklus meliputi kegiatan perencanaan
tindakan (planning), implementasi
tindakan (acting), observasi (observing), dan refleksi (reflecting). Setiap siklus dilakukan dengan memberikan tindakan
pelatihan dan diakhiri dengan praktik menulis.
1. Siklus I (Pertama)
a.Rencana Tindakan
Pada tahap ini peneliti dan guru berkolaborasi
untuk menyusun perencanaan pembelajaran atau skenario pembelajaran menulis
dengan pendekatan terpadu. Rencana pembelajaran siklus I itu ditetapkan
pendekatan terpadu yang pertama yaitu dengan memberikan pelatihan persepsi
tentang keterpaduan pembelajaran menulis dengan bidang lain.
b. Pelaksanaan Tindakan
Siklus pertama ini dilaksanakan mulai tanggal ... 2008.
Siklus I ini ada empat
pertemuan, dari empat pertemuan tersebut
yang digunakan untuk khusus untuk pembelajaran terpadu dalam keterampilan menulis dua pertemuan (masing-masing pertemuan
100 menit).
Pola-pola pembelajaran kemampuan menulis dapat
bervariasi, antara lain sebagai berikut.
Menyimak – berdiskusi – menulis
Berdiskusi – menulis - membaca
Menulis – melaporkan – membaca
Membaca – menulis – berdiskusi.
c. Observasi (Hasil
Tindakan)
Guru dibantu peneliti mencatat pada lembar
pengamatan siapa saja yang berhasil dan siapa saja yang belum berhasil
mengerjakan tugasnya dengan baik. Dikatakan berhasil apabila siswa telah
mendapat nilai minimal 75, kurang dari 75 masih dikategorikan hasilnya belum
memadai (belum baik). Berdasarkan hasil tugas yang dikerjakan siswa tersebut
dapat diketahui bahwa setiap tugas yang dikerjakan hasilnya ada peningkatan
yang signifikan dengan kemampuan menulisnya.
Tabel 2. Hasil Penguasaan Struktur Bahasa dalam Keterampilan Menulis Siswa
No
|
Rentangan Nilai
|
Jumlah
Siswa
|
Persentasi
(%)
|
1
2
3
4
5
|
0 – 40
41 – 59
60 – 69
70 – 80
81 - 100
|
0
1
11
23
5
|
0
2,5
27.5
57,5
12,5
|
40
|
100
|
Pada siklus II ini seperti terlihat
di tabel 2 tentang penguasaan struktur bahasa, siswa yang mendapat (1) nilai
0-40 adalah 0%, (2) nilai 41-50 adalah 2,5%,
(3) nilai 51-60 adalah 27,5%, (4) nilai antara 61-79 adalah 57,5 %, dan (5)
80-100 adalah 12,5%.
d. Refleksi dan Analisis
Melihat hasil yang belum maksimal tersebut maka pada siklus II perlu
dilakukan latihan ulang pelatihan persepsi dan diberi tugas agar berlatih
sendiri (tugas terstruktur) di rumah. Hal tersebut akan menjadikan pembelajar lebih efisien apabila siswa
melakukan latihan secara terus-menerus. Selain mengulang persepsi penguasaan
struktur bahasa (pembentukan kata, frase, dan ungkapan baru), siswa perlu
diberi latihan model pelatihan yang lain, yaitu dalam meningkatkan kinerjanya siswa
perlu membaca berbagai sumber belajar lagi yang ada kaitan atau relevansinya
dengan tema yang diangkat di dalam mengembangkan tulisannya tersebut.
2. Siklus II
a. Perencanaan
Berdasarkan hasil refleksi pada siklus I, yang merekomendasikan bahwa hasil
penguasaan struktur bahasa dalam kemampuan menulis siswa belum memadai, maka
pada siklus II ini perlu disusun rencana tindakan selanjutnya. Pada kegiatan
perencanaan ini guru menyusun Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP),
menyiapkan materi perkuliahan tentang penusunan kalimat efektif termasuk
instrumen dan lembar observasi yang akan digunakan untuk pertemuan berikutnya.
Peneliti menyiapkan lembar pelatihan persepsi dan lembar observasi.
b.Pelaksanaan
tindakan
1)
Pelatihan
ulang
Guru menjelaskan agar siswa dapat tujuan pembelajaran tersebut siswa akan
mengulang pelatihan persepsi mengenai penyusunan kalimat efektif di dalam
keterampilan menulis mereka khususnya tentang persyaratan kebenaran
struktur (correctness) dan kecocokan konteks (appropriacy) di dalam hasil tulisannya.
2)
Pelatihan
pokok atau kosentrasi
Pelatihan pada siklus II berikut ini adalah mengenai pembelajaran terpadu dalam
keterampilan menulis dengan pola ”Menulis-melaporkan-membaca” yang
menekankan materi pengembangan kalimat efektif.
3) Praktik Menulis
Teknik pelaksanaan keterampilan menulis di siklus II ini prinsipnya sama
dengan pelaksanaan praktik keterampilan menulis sebelumnya, hanya saja
keterampilan menulis kali ini ditekankan pada penyusunan kalimat efektif dengan
mengikuti persyaratan yang ada.
c.
Observasi (Hasil Tindakan)
Langkah berikutnya adalah mengulangi pelatihan dan penjelasan mengenai
materi berikutnya, yaitu penyusunan kalimat efektif, agar siswa dapat
meningkatkan keterampilan menulis. Pengulangan
pelatihan ini sampai tiga kali pertemuan dan setiap tahap selalu ada tugas menulis
yang harus dikerjakan siswa. Setelah selesai mengerjakan tugasnya, siswa
disuruh melaporkan kepada guru. Kemudian untuk mengecek hasilnya, siswa disuruh
mempresentasikan hasil pekerjaannya.
Pada pertemuan terakhir, siswa diberi tes keterampilan
menulis yang menekankan pengembangan paragraf termasuk juga diksi dan penguasaan
struktur bahasa. Untuk
mengetahui hasil pengembangan paragraf siswa dapat dilihat dalam tabel berikut.
Tabel 2. Hasil Pengembangan Paragraf dalam Keterampilan Menulis
No.
|
Rentangan Nilai
|
Jumlah siswa
|
Persentasi
(%)
|
1
2
3
4
5
|
0 – 40
41 – 59
60 – 69
70 – 80
81 – 100
|
0
1
15
20
4
|
0
2,5
37,5
50
10
|
40
|
100
|
Pada kegiatan pelaporan hasil, kelas memang tampak ramai tetapi dalam
suasana yang menyenangkan. Suasana
kelas menggambarkan kemauan keras siswa. Mereka kelihatan berusaha untuk
memperbaikinya. Hal itu terindikasi dari hasil pelataihan berikutnya yang
semakin baik.
Situasi kelas juga menjadi sorotan dalam penelitian ini. Pada kegiatan ini
kelas berubah menjadi gaduh karena para siswa sibuk mengoreksi karangan masing-masing.
Namun kelas sangat hidup dengan keaktifan siswa. Di samping itu, siswa tampak
senang dengan kegiatannya masing-masing.
d. Refleksi dan Analisis
Hasil tindakan
dan analisis ini dilaksanakan terhadap praktik kemampuan menulis siswa dengan
pendekatan terpadu dengan pola ”Menulis – melaporkan – membaca”.
3. Siklus III
a. Perencanaan
Berdasarkan hasil refleksi pada siklus II, yang merekondasikan bahwa hasil
penguasaan struktur bahasa dalam kaitannya dengan kemampuan menulis siswa belum
memadai, maka pada siklus III ini perlu disusun rencana tindakan selanjutnya.
b. Pelaksanaan
tindakan
1)
Pelatihan
ulang
Siklus ketiga ini, pertama-tama guru membuka pelajaran dengan
memberitahukan kepada siswa tentang kehadiran peneliti di kelas tersebut yaitu
akan mengamati kegiatan pembelajaran menulis. Adapun pola pembelajaran terpadu
yang digunakan dalam pembelajaran keterampilan menulis ini adalah pola ”membaca-diskusi-menulis”.
2)
Pelatihan
pokok atau kosentrasi
Setelah guru melakukan apersepsi secukupnya
kemudian guru memberi tahu kepada siswa tentang tujuan pembelajaran
keterampilan menulis pada hari itu. Guru menyebutkan model pelatihan yang akan
dilaksanakan. Guru menjelaskan bahwa untuk memperoleh kemampuan menulis yang
tinggi dan penguasaan perangkat penulisan yang baik seseorang harus
berkonsentrasi.
3) Praktik Menulis
Teknik pelaksanaan keterampilan menulis di siklus III ini prinsipnya sama
dengan pelaksanaan praktik keterampilan menulis sebelumnya, hanya saja
keterampilan menulis kali ini ditekankan pada penguasaan teknik penulisan. Pelaksanaan pembelajaran menulis ini
dipadukan dengan hasil diskusi tentang bagaimana penerapan teknik penulisan
(gaya penulisan dan bahasa yang digunakan dalam penulisan) di dalam keterampilan
menulisnya. Alokasi waktu yang diperlukan untuk tes keterampilan menulis ini
disediakan waktu selama 90 menit.
c.
Observasi (Hasil Tindakan)
Langkah berikutnya adalah mengulangi pelatihan dan penjelasan mengenai
materi berikutnya, yaitu teknik penulisan, agar siswa dapat meningkatkan keterampilan
menulis. Pengulangan pelatihan ini
sampai tiga kali pertemuan dan setiap tahap selalu ada tugas menulis yang harus
dikerjakan siswa. Setelah selesai mengerjakan tugasnya, siswa disuruh
melaporkan kepada guru. Kemudian untuk mengecek hasilnya, siswa disuruh
mempresentasikan hasil pekerjaannya.
. Untuk
mengetahui perkembangan penguasaan struktur bahasa (gramatika) siswa dapat
dilihat dalam tabel berikut.
Tabel 2. Hasil Penguasaan Teknik Penulisan dalam Keterampilan Menulis
No.
|
Rentangan Nilai
|
Jumlah siswa
|
Persentasi
(%)
|
1
2
3
4
5
|
0 – 40
41 – 59
60 – 69
70 – 80
81 – 100
|
0
0
9
20
11
|
0
0
22,5
50
27,5
|
40
|
100
|
Situasi kelas juga menjadi sorotan dalam penelitian ini. Kelas yang
biasanya tenang, pasif, berubah menjadi kelas yang aktif-dinamis.
d. Refleksi dan Analisis
Pelatihan dalam siklus III ini
ternyata siswa belum semua secara maksimal dapat meningkatkan kemampuan
menulisnya, tetapi sudah lebih baik dan meningkat dari hasil sebelumnya. Hal
ini tampak pada perolehan hasil menulisnya kaitannya dengan teknik penulisan
dan penguasaan struktur bahasa sudah baik (31 orang dari 40 siswa atau sekitar
77,5%).
Melihat hasil yang maksimal tersebut maka pada siklus III berarti indikator
atau tujuan pembelajaran tersebut sudah tercapai.
- Hasil Penelitian dan Pembahasan
Kemampuan
menulis merupakan sebuah kompetensi dasar dalam Kurikulum SD KELAS TINGGI dan
sebuah tuntutan zaman. Oleh karena itu, kemampuan menulis perlu diajarkan
sebaik mungkin.
Di dalam pendekatan terpadu untuk kemampuan menulis, peneliti menggabungkan
beberapa model pembelajaran keterampilan berbahasa ini. Dalam pembelajaran yang
dilakukan ditekankan materi pembelajaran menulis dengan pengembangan topik dan
pemberian tugas-tugas pada setiap materi tertentu.
Realisasi pembelajaran kemampuan menulis secara terpadu terikat dua hal,
yaitu (1) keseluruhan proses pembelajaran berorientasi pada kebermaknaan dan
(2) pembelajaran berorientasi kepada pembelajar. Di dalam pembelajaran ini
porsi menulis lebih banyak dibandingkan dengan aspek keterampilan yang lain.
Pola-pola pembelajaran kemampuan menulis dapat bervariasi.
Realisasi
pembelajaran kemampuan menulis secara terpadu terikat dua hal, yaitu (1)
keseluruhan proses pembelajaran berorientasi pada kebermaknaan dan (2)
pembelajaran berorientasi kepada pembelajar.
Siklus I menerapkan pola pembelajaran dengan ”Diskusi-menulis-membaca”.
Hasil tes menulis dengan menekankan penguasaan struktur bahasa dalam
meningkatkan kemampuan menulis tersebut dapat diketahui bahwa siswa yang
mendapat nilai antara 0-40 tidak ada seorang pun, sedangkan yang mendapat nilai
antara 41-59 ada 1 orang, nilai antara 60-69 ada 14 orang, nilai antara 70-80
ada 16 orang, dan nilai antara 81-100 sebanyak 5 orang siswa. Nilai rata-rata siswa
sebesar 65. Hasil yang dicapai siswa tersebut belum memenuhi tujuan yang
diharapkan. Kenyataan menunjukkan bahwa pemberian bimbingan belajar dalam
pengembangan menulis dan bombongan dari guru
perlu diberikan agar siswa memiliki kepercayaan diri terhadap kemampuan yang
dimiliki terhadap hasil menulisnya juga ikut membatu keberhasilan tulisannya.
Pembelajaran berikutnya guru harus mampu mengaktifkan siswa agar kelas
dapat lebih maju dan guru harus membantu siswa yang mengalami kesulitan dalam
menulis. Pelatihan dalam siklus I ini ternyata siswa belum secara maksimal
dapat meningkatkan kemampuan menulisnya. Hal ini tampak pada perolehan hasil
menulisnya kaitannya dengan penguasaan struktur bahasa belum memadai atau masih
sedang (23 orang atau 57,5%). Dengan demikian, dalam meningkatkan kemampuan
menulis pada siklus selanjutnya, penguasaan struktur bahasa masih perlu
ditekankan atau diperhatikan lagi,
khususnya pada bagian pembentukan kata, frasa, dan ungkapan baru yang masih
minim.
Guru menyampaikan indikator (tujuan pembelajaran). Indikator pembelajaran
yang diharapkan adalah para siswa mampu melaksanakan pelatihan dengan baik
tentang bagaimana penyusunan kalimat efektif dalam karangan/menulis hingga
dapat mencapai target kemampuan menulis (KM) sebedar 75%. Adapun pola
pembelajaran terpadu yang digunakan dalam pembelajaran keterampilan menulis ini
adalah pola ” menulis-melaporkan membaca”.
Akhir siklus II, siswa diberi tes keterampilan menulis. Dari hasil tes
keterampilan menulis yang menekankan persyaratan kalimat efektif yang meliputi
kebenaran struktur (correctness) dan
kecocokan konteks (appropiacy)
oleh siswa tersebut nilai terendah yang
dicapai siswa adalah 54 dan nilai tertinggi 83, sedangkan nilai rata-rata tes
65. Hal ini tampak pada perolehan hasil menulisnya kaitannya dengan penyusunan
kalimat efektif sudah baik (24 orang dari 40 siswa telah mencapai nilai tersebut
70 atau nilai rata-rata 72%). Dengan demikian, dapat dikatakan bahwa
berdasarkan hasil tes keterampilan menulis siswa tersebut sudah lebih baik dari
hasil tes sebelumnya. Dengan perkataan lain bahwa kemampuan menulis dengen
menekankan penguasaan struktur bahasa siswa setelah diadakan pelatihan ulang
hasilnya meningkat lebih baik dibandingkan sebelumnya.
Pada siklus III, Pada pertemuan
terakhir, siswa diberi tes keterampilan menulis yang menekankan teknik
penulisan termasuk juga penguasaan struktur bahasa. Hal ini untuk memperoleh
masukan apakah setelah diadakan pelatihan selama tiga pertemuan siswa sudah
menguasai teknik penulisan dan gramatika atau struktur bahasa dalam
meningkatkan kemampuan menulisnya tersebut.
Melihat hasil yang maksimal tersebut maka pada siklus III berarti
indikator atau tujuan pembelajaran tersebut sudah tercapai, berarti sudah tidak perlu lagi dilakukan latihan ulang pelatihan
persepsi dalam dalam pembelajaran keterampilan menulis dengan pendekatan
terpadu untuk penelitian ini. Hal
tersebut akan menjadikan pembelajar lebih efisien apabila siswa melakukan
latihan secara terus-menerus.
BAB V
SIMPULAN, IMPLIKASI, DAN SARAN
- Simpulan
Simpulan yang
dapat diambil dari penelitian tindakan kelas ini adalah sebagai berikut.
1. Penggunaan (penerapan) pendekatan pembelajaran terpadu di dalam
pembelajaran kemampuan menulis dalam pembelajaran bahasa Indonesia ternyata
dapat meningkatkan kemampuan menulis siswa. Hal ini terindikasi dari adanya
peningkatan perolehan kemampuan menulis (KM) yang rendah meningkat ke KM yang
lebih tinggi.
2. Pelaksanaan pembelajaran bahasa Indonesia berjalan efektif dalam
menerapkan pendekatan terpadu dapat mensinergikan antara kemampuan fisik dan
kemampuan psikis sehingga kemampuan menulisnya meningkat.
3.
Peningkatan
kemampuan menulis siswa SD KELAS TINGGI setelah diterapkan pendekatan terpadu
dalam pembelajaran bahasa Indonesia adalah pada kondisi awal perolehan nilai KM
adalah 57,5%. Pada siklus I perolehan KM
tertinggi adalah 65%. Pada siklus II
perolehan nilai tertinggi 72%, sdangkan
perolehan nilai tertinggi pada siklus II adalah 77,5%.
- Implikasi Penelitian
Pendekatan
terpadu yang diterapkan pada orientasi pembelajaran pada siswa tidak sekadar
memberikan fakta atau konsep sebanyak-banyaknya, tetapi lebih berfokus pada
proses sampai siswa menemukan konsepnya. Pembelajaran yang berpusat pada siswa
ini memungkinkan siswa menyelidiki sendiri berbagai hal yang selanjutnya berguna
bagiperkembangan intelektual dan mental mereka.
Penekanan dalam
proses menulis ádalah apa-apa yang dipikirkan dan dikerjakan pembelajar pada
waktu mereka menulis. Ini berbeda dengan menulis yang dilakukan berdasarkan
pembelajaran dari guru, yang disebut menulis kreatif. Pembelajaran yang
berorientasi dari guru tersebut yang dipentingkan ádalah hasil akhir tulisan siswa.
Peningkatan
keterampilan menulis siswa yang lain hádala menyusun dan mengembangkan paragraf
atau karangan. Kegiatan yang diperlkan meliputi (1) menjelaskan pemarkah
paragraf yang baik, (2) menjelaskan metode pengembangan paragraf, dan (3)
berlatih mengembangkan paragraf berdasarkan gagasan pokok tertentu dengan
penalaran induktif, deduktif, ataupun gabungan keduanya. Di samping itu, juga
meninkatkan kemampuan dalam menganalisis dan membetulkan salah nalar yang
terdapat dalam karangan. Untuk itu siswa perlu diperkenalkan jenis-jenis salah
nalar dan melatih menganalisis kesalahan nalar dalam karangan.
Pembelajaran keterampilan
menulis merupakan bagian dari mata kuliah keterampilan berbahasa Indonesia yang
wajib diikuti siswa dan bertujuan agar siswa dapat menulis atau membuat
karangan dengan bahasa Indonesia dengan baik dan benar. Bahasa yang baik ádalah
bahasa yang penggunaannya sesuai dengan situasi berbahasa, sedangkan bahasa
yang benar hádala bahasa yang penggunaannya mengikuti kaídah-kaidah atau
aturan-aturan yang telah dibakukan serta sesuai dengan gagasan yang
disampaikan.
Agar
pembelajaran keterampilan menulis dapat berhasil dengan baik, diperlukan
pendekatan pembelajaran yang dapat mengembangkan daya nalar dan kreativitas siswa.
Penyajian materi yang dapat merangsang siswa untuk menulis secara kreatif dan
bernalar dengan baik merupakan tujuan pokok pembelajaran menulis di perguruan
tinggi.
Pemberian
latihan yang banyak dalam aplikasi pengembangan topik dapat memancing daya
creativitas siswa untuk mengekspresikan ilmunya sehingga mereka akhirnya mampu
mengembangkan apa yang mereka peroles pada waktu kuliah ke dalam kancah
keilmuan lapangan. Latihan yang terus-menerus yang didasari atas topik-topik
yang bervariasi dapat mempersiapkan mereka untuk dapat mengatasi masalah yang
dapat dikomunikasikan lewat tulisan.
Upaya-upaya yang
lain dalam rangka meningkatkan keterampilan menulis dengan cara menugasi siswa
mencari berbagai wacana yang tersebar dalam berbagai media massa. Dari situ siswa
diminta untuk memberikan komentar, di samping tingkat keutuhan karangan dan
aspek-aspek kebahasaan lain yang digunakan. Tugas ini memberikan kontribusi
yang cukup besar dalam rangka meningkatkan keterampilan menulis, karena dengan
semakin banyak mereka membaca maka semakin banyak pula pandangan-pandanan yang
dapat memperkaya pemahamannya atas keutuhan sebuah tulisan.
Dengan
upaya-upaya ini, maka di samping akan terjadi peningkatan terhadap kemampuan
penalaran siswa dan penguasan kebahasaan mahaiswa, juga secara langsung dapat
meningkatkan keterampilan menulisnya. Oleh karena itu, seseorang guru harus
menyadari penuh terhadap tanggung jawab ini. Perlu diketahui bahwa kemampuan
menulis siswa yang sangat penting tersebut dapat ditingkatkan melalui
penguasaan kebahsaan yang dipelajari dan kemampuan penalarannya. Dengan upaya
tersebut diharapkan dapat menghapuskan anggapan tentang rendahnya keterampilan
menulis siswa.
Untuk dapat
menyusun paragraf dengan bai, siswa harus memahami pemarkah paragraf yang baik,
yaitu keutuhan, perpautan, dan keterkembangan. Keutuhan berkaitan dengan tema
paragraf. Kalimat-kalimat dalam paragraf harus bersama-sama digerakkan untuk
menopang tema atau gagasan pokok paragraf. Perpautan paragraf diwujudkan
melalui hubungan timbal balik antarkalimat yang membentuk paragraf itu. Untuk itu, penulis harus memperhatikan
masalah kebahasaandan rincian serta urutan isi paragraf. Keterkembangan
paragraf mengacu pada kecukupan rincian guna menopang gagasan pokok paragraf.
Apabila
keterampilan menulis akan dimanfaatkan dalam pembelajaran aspek penalaran dalam
berbahasa di SD KELAS TINGGI FKIP UNS, aspek strategi, metode, pendekatan, dan
penyampaianya pun harus disesuaikan dengan tujuan dan materi kuliah. Selain itu, perlu diarahkan pada kemampuan
penalaran ada pengenalan serta memperkaya berpikir secara logis dan analitis
dalam berbahasa melalui aspek keterampilan berbahasa yang lain. Di samping itu, juga menerapkan pola-pola penalaran,
yaitu penalaran deduktif dan penalaran induktif melalui aspek keterampilan
berbahasa Indonesia.
- Saran
Berdaarkan
simpulan dan implikasi yang telah dikemukakan tersebut dapat diajukan saran-saran
sebagai berikut.
Pertama, siswa disarankan agar
terus-menerus berlatih menulis agar dapat meningkatkan keterampilan menulisnya.
Semakin banyak berlatih menulis, siswa akan semakin lancar dan mudah di dalam
mengungkapkan atau menyampaikan buah pikiran, perasaan, pengalaman, dan
pendapatnya dalam bentuk bahasa tulis kepada orang lain.
Kedua, di dalam meningkatkan keterampilan menulis siswa, para guru hendaknya
menunda terlebi dahulu tugas mengarang secara bebas untuk itu program menyusun karangan terarah
perlu diberikan kepada siswa. Salah satu wujud komposisi terarah adalah
pemberian latihan menganalisis aspek-aspek kebahasaan dan teknik penulisan.
Aspek-aspek karangan yang menjadi focus bagi kegiatan menyusun karangan terarah
itu dapat bersifat tunggal (misalnya, ejaan atau tanda baca atau
pengorganisasian paragraf), tetapi dapat mencakup beberapa aspek karangan
sekaligus. Hasil dari pemberian program latihan itu adalah makin meningkatnya
kemampuan siswa dalam mengungkapkan gagasan.
Ketiga,
bagi pengajar ketrampilan
berbahasa Indonesia di program SD KELAS TINGGI hendaklah mengajarkan materi
keterampilan berbahasa (ketrampilan berbicara, menyimak, membaca, dan menulis) diberikan
dalam satu kesatuan (terpadu) karena pada keempat keterampilan tersebut tidak
dapat dipisahkan satu dengan yang lain.
Keempat, pengajar keterampilan berbahasa
Indonesia di dalam membelajarkan keterampilan menulis lebih banyak menekankan
pada aspek-aspek kebahasaan, mengingat selama ini sebagian pengajar lebih
menekankan kepada factor keindahandan kebenaran bentuk tulisan dalam mengoreksi
karangan siswa. Penilaian yang lebih menitikberatkan pada bentuk penulisan
tidak sesuai dengan tujuan pembelajaran menulis yang hendak dicapai, yaitu agar
siswa mampu berkomunikasi dengan bahasa tulis.
DAFTAR PUSTAKA
Mohon izin Copas Boss.... Terima kasih
BalasHapusmonggo
BalasHapusijin copy mas bro....
BalasHapusizin copas bos
BalasHapusizin copy sebagai referensi
BalasHapusijin copy
BalasHapusmksh sblmya
ijin copy pak
BalasHapusijin copy bos
BalasHapusijin copy pak
BalasHapusizin copy gan
BalasHapussaya mau coppast dong pak....
BalasHapusIzinn pakk
BalasHapusyang lengkap mas brow dengan diagram siklusnya donk
BalasHapusizin copy yaa...
BalasHapusizin copas, trimakasih
BalasHapustanks soo much yaachh
BalasHapus